Bahasa
Respons Antibodi terhadap Penyakit Tetelo pada Ayam yang Divaksin Tetelo dan Tetelo-Flu Burung
Vaksin Sanavac ND AI K, Sanavac ND K
22 April 2021

Usaha peternakan ayam seringkali terkendala oleh berbagai penyakit menular di antaranya penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND) maupun flu burung atau Avian Influenza (AI). Penyakit ND dan AI merupakan penyakit virus menular strategis (Kementan, 2013) yang dapat mengancam usaha peternakan unggas serta menimbulkan kerugian sangat besar (Sudarisman, 2009). Penyakit AI bahkan dikategorikan sebagai kelompok penyakit zoonosis berbahaya karena dapat menyerang unggas dan hewan mamalia serta menulari manusia, bahkan bersifat mematikan baik pada hewan maupun manusia yang terinfeksi. Meskipun virus AI dapat menginfeksi mamalia tetapi virusnya masih tetap virus avian (Kandun et al., 2006; Kandun et al., 2008; Kencana et al., 2009; Kencana et al., 2010). Derajat keparahan unggas akibat penyakit AI sangat bervariasi, mulai dari infeksi yang bersifat asimptomatik (tanpa gejala klinis) sampai bersifat fatal multisistemik (Swayne, 2000).

Sampai saat ini penyakit ND dan AI tetap endemik di banyak negara (OIE, 2012), temasuk di antaranya di Indonesia dengan kejadian penyakit yang terus berlangsung sepanjang tahun (Kencana et al., 2012a ; Kencana et al., 2012b ). Selain menghambat produksi peternakan, kerugian lain yang ditimbulkan oleh penyakit ND maupun AI adalah biaya penanggulangan yang sangat besar terutama untuk melakukan tindakan biosekuriti dan sanitasi terhadap lingkungan yang telah tercemar virus (Sudarisman, 2009).

Salah satu tindakan yang diharapkan mampu melindungi ayam dari penyakit ND adalah melalui vaksinasi (Paniago, 2007). Namun demikian sampai saat ini wabah ND tetap menjadi masalah yang serius industri peternakan ayam (Xiao et al., 2012). Vaksin virus ND dapat berasal dari tipe velogenik, mesogenik, maupun tipe lentogenik (Alexander et al., 2000). Saat ini vaksin ND yang tersedia tidak hanya bersifat tunggal tetapi ada juga yang telah dikombinasi dengan agen penyakit lain seperti agen penyakit flu burung.

Sama halnya dengan penyakit ND, penyakit AI juga merupakan penyakit endemis yang sangat ditakuti peternak karena penularan penyakit berlangsung sangat cepat dengan tingkat kematian yang sangat tinggi. Agen penyebab flu burung adalah virus AI subtipe H5N1 yang sangat ganas (highly pathogenic avian influenza/HPAI) dari familia Orthomyxoviridae, genus influenza tipe A (Swayne dan Suarez, 2000).

Penyakit ND dan AI dapat pula menginfeksi unggas pada saat yang bersamaan. Pemunculan kasus ND maupun AI tidak dapat diduga bahkan sangat sulit untuk dapat dibedakan karena mempunyai gejala klinis yang sangat mirip. Kedua penyakit tersebut juga bersifat endemik di Indonesia. Seperti halnya dengan penyakit ND, penyakit AI dapat pula dicegah dengan vaksinasi. Deteksi terhadap respons imun ayam pascavaksinasi ND maupun AI dapat dilakukan secara serologi dengan melakukan pemeriksaan serum ayam dengan uji hemaglutinasi HI.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat respons antibodi ND pada ayam Specific Pathogen Free (SPF) yang divaksin dengan vaksin ND inaktif tunggal (ND Killed/ND K) dan vaksin kombinasi ND-AI serta membandingkan efikasi kedua vaksin tersebut. Penghitungan titer antibodi menggunakan uji hambatan hemaglutinasi/HI. Ayam SPF divaksinasi dengan dosis vaksin berbeda. Ayam SPF yang digunakan berjumlah 130 ekor berumur dua minggu. Sebanyak 120 ekor ayam SPF dibagi menjadi dua kelompok (kelompok A dan B) masing-masing berjumlah 60 ekor sedangkan 10 ekor lagi digunakan sebagai kontrol dan tidak divaksin. Kelompok A digunakan untuk menguji vaksin ND K tunggal dan kelompok B digunakan untuk menguji vaksin kombinasi ND-AI. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi tiga subkelompok berjumlah masing-masing 20 ekor. Subkelompok 1 dari kelompok A dan B disuntik secara intramuskular dengan 1 dosis vaksin. Subkelompok 2 dari kelompok A dan B disuntik secara intramuskuler dengan 1/10 dosis vaksin. Subkelompok 3 dari kelompok A dan B disuntik secara intramuskuler dengan 1/100 dosis vaksin. Titer antibodi diperiksa sebelum vaksinasi dan setiap minggu selama tiga minggu setelah vaksinasi. Hasil penelitian menunjukkan titer antibodi terhadap ND meningkat secara signifikan pada minggu kedua setelah vaksinasi. Titer antibodi ND pada vaksin ND tunggal dan kombinasi (ND-AI) masingmasing yang divaksinasi dengan satu dosis adalah GMT 6,05 dan GMT 6,3 dua minggu setelah vaksinasi, dan GMT 7.90 dan GMT 7,45 tiga minggu setelah vaksinasi. Disimpulkan bahwa pemberian vaksin ND tunggal maupun vaksin kombinasi ND-AI ternyata efektif dalam memicu pembentukan respons kekebalan yang protektif terhadap ND.

Penelitian ini sudah di terbitkan dalam Indonesian Veterinary Journal. Lebih lengkapnya dapat dilihat di:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/view/14621/9928